Assalamu'alaikum,Wr. Wb.
Mencontek adalah aktivitas menjiplak
pekerjaan atau karya orang lain tanpa izin ataupun tanpa mencantumkan sumber.
Jadi dari definisinya saja sudah kita ketahui, bahwa konotasinya adalah
negatif. Lalu bagaimana jika kita terpaksa atau jika kita memang tidak bisa
mengerjakannya sendiri. Sebelum itu mari kita simak pandangan islam mengenai
mencontek.
Mencontek itu berarti sama saja dengan
berbohong. Ketika kita mencontek dan hasil dari contekan kita mendapat nilai
yang baik, para guru dan orang tua memuji kita. Padahal kita tahu bahwa hasil
itu kita dapatkan dengan jalan yang batil(tercela), yaitu mencontek. Coba pikir,
nilai baik itu bukan berasal dari kemampuan kita, tetapi dari hasil mencontek, mencuri – curi dalam kesempitan.
Apakah yang demikian ini, tidak bisa disebut berbohong atau menipu ?
Rasulullah sudah memperingatkan kita akan
bahayanya berbohong
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ
يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ
الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ
صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ
الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى
الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hendaklah
kalian selalu melakukan kebenaran, karena kebenaran akan menuntun kepada
kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke surga. Jika seseorang selalu berbuat
benar dan bersungguh dengan kebenaran, ia akan ditulis di sisi Allah sebagai
orang yang sangat benar. Jauhkanlah dirimu dari bohong, karena bohong akan
menuntun kepada kedurhakaan, dan durhaka itu menuntun ke neraka. Jika seseorang
selalu bohong dan bersungguh-sungguh dengan kebohongan, ia akan ditulis di sisi
Allah sebagai orang yang sangat pembohong." (HR. Muslim no. 2607).
Dari hadits di atas sudah dijelaskan
bahwa berbohong memang berdampak buruk, khususnya di masa – masa yang akan
datang. Bagaimana tidak sekali berbohong, maka seseorang akn menutupinya dengan
kebohongan yang lain. Selain itu dari sebuah kebohongan kecil seperti
menyonteklah lahir para koruptor – koruptor di negeri ini. Apa saudara ingin
menjadikannya sebagai suri tauladan ?? Naudzubillahi min dzalik.
2. Mencontek Berarti Berbuat Curang/menipu (orang
yang menipu bukan termasuk umat nabi)
Karena yang mencontek ingin membuat hasil ujiannya baik dengan cara yang
keliru. Karena yang dipentingkan adalah hasil, bukan cara.
Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ غَشَّنَا
فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa yang menipu kami, maka ia tidak
termasuk golongan kami.” (HR. Muslim
no. 101, dari Abu Hurairah).
Dari hadist di atas jelas tergambar
bagaimana kedudukan orang yang berbuat curang. Dalam hal ini, mencontek dan
bahkan menconteki teman dengan membiarkan teman lain membaca jawaban kita,
adalah termasuk kecurangan dan hal ini merupakan hal yang jelas-jelas dilarang
dalam Islam.
Hadits di atas ada kisahnya ketika seorang pedagang
mengelabui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak jujur dalam jual
belinya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ
فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ « مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ
». قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ أَفَلاَ جَعَلْتَهُ
فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya,
kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa
ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan
tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa
kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya?
Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR.
Muslim no. 102)
Ini berarti setiap orang yang menipu, berbuat curang,
mengelabui dikatakan oleh Nab shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah
termasuk golongan beliau. Artinya, diancam melakukan dosa besar. Jadi,
mencontek termasuk dalam dosa tersebut.
Selain itu menyontek sama saja mencuri.
Mencuri kesempatan dalam kesempitan tepatnya, yang bermuara kepada kejelekan.
Dari Abu Bakar ash-Shiddiq Radliyallaahu
'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak
akan masuk surga orang yang suka menipu, orang kikir, dan orang yang tidak
bertanggungjawab terhadap apa yang dimilikinya." Riwayat Tirmidzi.
Ia menjadikannya dua hadits dan dalam sanadnya ada kelemahan.
Hukum mencontek
Jadi dari uraian di atas dapat kita
simpulkan bahwa menyontek hukumnya haram. Karena menyontek sama dengan
mencuri, berbohong, menipu dan tidak mematuhi aturan pemimpin kita.
1. belajar dengan sungguh-sungguh
dan disertai do’a
Islam
mengajarkan agar manusia selalu bersungguh-sungguh dan disertai dengan doa
dalam mengerjakan sesuatu. Sebagaimana bunyi perkataan hikamh berikut
“man jadda wa jada” artinya siapa yang bersungguh-sungguh
pasti akan berhasil.
Dan seorang siswa dalam belajar harus
disertai doa karena orang yang tidak mau berdoa adalah orang yang sombong
dan Allah membecinya. Seorang siswa tugasnya adalah menuntut ilmu maka
sudah sepatutnya siswa bersungguh sungguh dalam belajar. Dengan belajar
bersungguh sungguh maka pelajaran akan difahami dan saat ujian tidak perlu
mencontek lagi...
2. Ingatlah Sesungguhnya Allah
maha melihat
Mungkin masih banyak dari saudara/i kita
semuslim yang tidak segan mencontek untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Cara
apapun dilakukan, asalkan tidak ketahuan. Padahal Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
ghaib di langit dan di bumi, Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Hujuraat:18).
Dengan mengetahui bahwa Allah selalu
mengawasi kita maka sudah seharusnya kita melalukan perbuatan curang/mencontek
3. tawakkal kepada Allah
bagaimana kalau kepepet atau tidak bisa ?.
Maka jawaban adalah pasrah pada Allah dan terus berusaha serta berdo’a.
tetapi jika saudara tetap memaksa, maka
boleh saudara melakukannya, asal saudara mencantumkan dalam lembar jawaban saudara
dengan tulisan “jawaban no 1-10 saya mencontek si fulan” sehingga guru akan mengetahui soal no berapa
saja yang hasil mencontek..hehehe
0 komentar:
Posting Komentar